Pentingnya Menuntut Ilmu Bagi Wanita
Menjadi seorang wanita, kadang kita merasa dituntut banyak hal. Harus bisa ini, itu, dan segala macamnya. Ya, wanita pada dasarnya memang memiliki berbagai macam peran dalam kehidupan. Saat wanita dilahirkan, ia memiliki peran sebagai seorang anak. Ketika ia menikah, ia berperan sebagai seorang istri dan ketika memiliki anak, ia memiliki peran sebagai istri sekaligus seorang ibu. Tentunya dalam masing-masing peran tersebut, wanita juga memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda. Maka, untuk mengetahuinya, ilmu sangatlah penting bagi wanita. Bahkan, dari beberapa referensi yang saya baca, sedari kecil wanita sebaiknya sudah dididik dan disiapkan sebagai calon ibu di masa depannya. Sedangkan anak laki-laki dididik sebagai seorang calon pemimpin. Hal ini ditujukan agar masing-masing mengetahui peran yang akan diembannya esok.
Saat ini, wanita juga telah memiliki kebebasan untuk menuntut ilmu dimanapun. Baik di pendidikan formal, ataupun informal. Sudah tidak asing lagi apabila menemui wanita dengan gelar yang tinggi akan pendidikannya. Namun, bagaimana apabila seorang wanita yang ingin menuntut ilmu itu justru dicemooh dan dikucilkan? Saya pernah berdiskusi dengan beberapa teman saya yang mengalami hal ini. Ya, mereka bercerita bahwa di daerahnya hingga saat ini memang masih menganggap bahwa pendidikan bagi wanita bukanlah hal yang penting karena pada akhirnya wanita akan kembali mengurus rumah / menjadi ibu rumah tangga. Mereka bahkan dicemooh karena belum menikah padahal usianya yang waktu itu masih 18 tahun. Katanya disana memang sudah bukan menjadi hal yang tabu apabila setelah lulus SMP, anak-anak gadis langsung dinikahkan. Memang usia sebenarnya bukan menjadi batasan untuk menikah. Tetapi, sebelum menikah, wanita juga harus memiliki ilmunya terlebih dahulu bukan?
Dari cerita tersebut, saya sangat bersyukur karena hidup di lingkungan yang mendukung saya sebagai wanita untuk menuntut ilmu dan dapat terus mengembangkan diri. Saya juga sangat salut dan bangga dengan perjuangan beberapa teman saya yang dikisahkan tadi karena tetap bertahan dan mau memperjuangkan mimpinya. Pun, saya merasa miris dengan keadaan daerah tersebut yang menganggap bahwa ilmu tidaklah penting bagi wanita. Padahal ilmu merupakan hal yang harus dicari, baik saat usia sekolah, setelah lulus, setelah menikah, hingga sampai mati pun kita tetap harus berilmu. Apalagi bagi seorang wanita yang nantinya akan mengemban banyak peran dan amanah. Tentu sangat banyak ilmu yang harus didapat.
Memang, prioritas ilmu yang harus kita pelajari terlebih dahulu sebagai seorang muslim/muslimah adalah ilmu mengenai persiapan kematian. Kemudian, peluang paling besar kedua setelah itu bagi wanita yaitu akan menikah. Untuk itu, wanita juga perlu memiliki banyak ilmu serta pemahaman tentang menjadi seorang istri dan ibu.
Kalau misal ditanya, buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya hanya menjadi ibu rumah tangga? Menurut saya, menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Menjadi ibu rumah tangga juga butuh ilmu. Pekerjaannya tidak hanya semata-mata mengurus rumah, tetapi juga mengemban amanah untuk mendidik anak-anaknya yang didasarkan pada ilmu agama. Penjelasan mengenai ini juga telah dijelaskan secara gamblang dalam buku milik Ust. Felix Siaw yang bertajuk “Wanita Berkarir Surga”. Pria dan wanita memang memiliki derajat yang sama. Tetapi, bukan berarti setelah berpendidikan, wanita dituntut dan diharuskan untuk memiliki jabatan yang tinggi dan sebagainya. Itu hanyalah pilihan. Apabila seorang wanita telah berpendidikan tinggi dan setelah menikah memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga serta mengabdikan diri pada keluarganya, saya rasa itu tidak masalah. Justru dengan begitu, wanita akan lebih mudah untuk mendapatkan ridha suaminya dan dapat lebih fokus untuk mendidik anak-anaknya dengan ilmu yang telah didapatkannya selama ini. Dengan begitu, wanita juga akan lebih dekat dengan surga.
Meskipun menjadi pemimpin itu adalah fitrah bagi seorang lelaki, wanita pun sebenarnya juga menjadi pemimpin dalam urusan domestik (dalam rumahnya), sedangkan lelaki menjadi pemimpin dalam urusan lainnya (di luar rumah). Hal ini juga yang membuktikan bahwa Allah telah membagi peran pria dan wanita secara adil. Selain itu, wanita walaupun menjadi ibu rumah tangga juga dapat tetap berkarya. Misalnya, menjadi seorang pengusaha. Kalau dipikir-pikir, menjadi pengusaha memang tidaklah mudah dan banyak juga tuntutan yang harus dikerjakannya. Tetapi, setidaknya mereka dapat membagi waktunya sendiri dan tetap dapat memprioritaskan dirinya dalam mengemban amanah sebagai seorang istri dan juga ibu bagi anak-anaknya.
Lagi dan lagi, wanita haruslah berilmu dan memiliki akhlak yang bagus karena wanitalah yang nantinya menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak. Anak-anak juga punya hak untuk memiliki ibu yang cerdas dan shalihah. Hal ini telah difirmankan Allah dalam QS. Al A’raf ayat 58, yang berarti :
"Dan
tanah yang baik; tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah;
dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana."
Dari ayat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kita sebagai seorang wanita ini memiliki rahim yang mana didalamnya akan tumbuh dan dilahirkannya seorang anak. Dan kondisi anak itu tergantung dari rahim sang ibu. Apabila rahim tersebut dimiliki oleh seorang wanita yang shalihah, maka akan melahirkan anak yang shalih/shalihah pula, dan sebaliknya.
Jadi, sudah tidak diragukan lagi, tentang banyaknya ulama yang menyebutkan bahwa wanita sebagai tonggak pembangunan peradaban Islam. Dengan ilmu dan akhlak yang dimiliki oleh seorang wanita itu sangat berpengaruh pada pemahaman ilmu agama anak-anaknya. Apabila ilmu agama yang dimiliki oleh seorang wanita itu baik, maka ia akan dapat mencetak Generasi Rabbani yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Komentar
Posting Komentar