Kesempatan Tak Datang Dua Kali
Tahun
demi tahun silih berganti.
Tidak
terasa, sekarang saya sudah kelas 11 atau kelas 2 SMA. Masih terngiang dalam
benak saya melewati MOS (Masa Orientasi Siswa). Dimana saya harus beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Yang tidak saya kenal sebelumnya.
Kata
orang, masa SMA adalah masa paling menyenangkan seumur hidup. Tapi berbeda
dengan saya. Justru saya takut dengan masa-masa ini. Saya takut akan tenggelam
dalam kehidupan remaja yang sekarang ini tampaknya sangat bebas. Takut terjerumus
ke dalam lubang sesat. Takut dengan pergaulan yang salah. Dan masih banyak
ketakutan-ketakutan lainnya. Mungkin sebagian orang menganggap saya ini parno. Tapi,
ya, begitulah yang saya rasakan.
Sebelum
menghadapi beragam ketakutan tersebut, saya sudah menyiapkan strategi apa yang
harus saya lakukan saat memasuki masa SMA. Ya, tentunya dengan mencari
lingkungan yang baik. Salah satunya dengan aktif mengikuti organisasi. Dan yang
saya pilih adalah RIMA.
RIMA
singkatan dari Remaja Islam Masjid Al-Kautsar, merupakan sebuah organisasi
berlandaskan Islam di SMA Negeri 1 Cilacap. Kenapa saya memilih RIMA? Karena saya
sadar, di masa produktif ini jangan sampai disia-siakan dengan kegiatan tak
bermanfaat dan sekaligus saya juga ingin memperbaiki diri saya, mencapai ridho
Allah, dan yang tak kalah penting adalah membahagiakan kedua orang tua saya. Orang
tua mana sih yang tak senang anaknya ikut Rohis?
Saya
pun teringat dengan Mamah saya, beliau tidak pernah meminta apapun dari saya. Tapi
beliau hanya ingin, anak satu-satunya ini pintar dalam hal agama dan
mengamalkannya.
Saat
itu saya mencoba mendaftarkan diri saya dan mengikuti kaderisasi atau semacam
seleksi, bisa juga disebut sebagai pintu masuk RIMA. Menjalani berbagai tes
penyeleksian selama 2 hari, mulai dari tes tertulis sampai wawancara. Rasa
takut itu muncul lagi, namun tidak seperti rasa takut yang saya katakan sebelumnya.
Yang saya rasakan adalah takut dengan kaka senior karena ilmu agama saya yang
masih cetek ini. Takut tidak bisa
berbaur dengan pengurus RIMA lainnya. Takut karena tidak bisa menjalankan tugas
dan tanggung jawab dengan baik. Walaupun begitu, saya tetap bulatkan keyakinan
saya, bahwa Allah pasti akan memberikan jalan bagi setiap orang yang ingin hijrah.
Pengumuman
penerimaan pengurus pun tiba. Hati saya gusar, masih saja memikirkan, apakah
saya bisa di terima dalam organisasi ini atau tidak?
Tak
disangka. Allah mendengarkan do’a saya dan mau memberikan kesempatan bagi saya
untuk meniti jalan-Nya. Alhamdulillah. Sejak
saat itu, saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sudah Allah berikan
secara cuma-cuma kepada saya. Saya bertekad, untuk berusaha semaksimal mungkin
untuk RIMA ini, walaupun saya tidak tahu apa yang akan saya hadapi kedepannya.
Tidak
sampai disitu, ketakutan tentang RIMA yang saya rasakan sebelumnya, sirna
sudah. Saya bertemu dengan kakak-kakak pengurus RIMA, yang ternyata sangat welcome terhadap adik-adik kelasnya,
termasuk saya. Mereka tidak sungkan membimbing saya dalam mengelola sebuah
organisasi atau bahkan hanya sekedar mengobrol ngalor ngidul. Banyak sekali pelajaran yang dapat saya ambil dalam
organisasi ini. Saya tidak hanya belajar agama. Tapi disini saya menjadi lebih
mengerti indahnya Islam, ukhuwah yang sangat terjaga. Dan disini pula saya
menemukan sahabat yang terikat karena Allah. Saya merasakan kehangatan layaknya
sebuah keluarga. Bisa saling curhat dan menasihati dalam kebaikan.
Rasa
saling menghargai dan menghormati satu sama lain, melaksanakan tanggung jawab,
menyampaikan amanah, jujur, dan disiplin, itu juga yang mereka ajarkan pada
saya. Dan masih banyak kesenangan-kesenangan lain yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu disini. Mulai dari musyawarah rutin hingga outbond bersama di
Baturaden.
Tidak
hanya suka yang saya rasakan, pastinya ada duka juga. Ya, setiap organisasi itu
wajar jika memiliki sedikit masalah. Saya sempat berpikir untuk keluar dari
organisasi ini. Namun, entah kenapa, hati saya tak berkehendak begitu. Saya ingat,
RIMA yang telah membawa semua perubahan baik bagi diri saya ini. Tidak hanya hijrah, tapi juga menguatkan saya dalam
keistiqomahan.
Saya
tidak mau, RIMA, sebuah organisasi Islam ini hancur dengan sia-sia. Saya ingin,
RIMA ini bangkit kembali dan lebih bersemangat dalam menjalankan dakwahnya.
ü Untuk
Mamah dan Bapak, terimakasih sudah mendukung dan mendo’akan saya selama ini.
ü Untuk
kakak-kakak pengurus RIMA yang sebentar lagi mau purna, terimakasih atas semua
bimbingannya. Dan semoga sukses kedepannya. Selalu inget sama Allah, ya kak!
ü Untuk
pengurus RIMA yang lain, terimakasih sudah berbagi kegembiraan. Tetap semangat
untuk berdakwah, ya.. jadikan ilmu yang kita miliki ini sebagai ilmu yang
bermanfaat. Keep hamasah wa istiqomah!
Dan
saya sangat berterimakasih pada Allah yang telah memberi kesempatan bagi saya
untuk lebih mengenal dan mendekat pada-Nya. Dengan itu, saya dipertemukan oleh
orang-orang yang sangat luar biasa, yang selalu memotivasi untuk memperbaiki
diri saya sendiri.
Alhamdulillah
“Jika kita yakin pada Allah, maka
Allah pasti akan memberikan jalan untuk mendekat pada-Nya. Jadi, jangan takut. Karena
disitulah kita juga akan dipertemukan dengan orang-orang yang senantiasa
beriringan berjalan bersama kita.”
Ich liebe RIMA!
-
Fadila Salma Rona
MasyaAllah.. tulisan ini mengingatkanku peristiwa2 tiga tahun silam yg begitu terkenang selama ini. Ya, RIMA Smanic.
BalasHapusTeruslah belajar dan berdakwah. RIMA Smanic.. Allahu Akbar, BIRSAM.
Salam hangat dan rindu dari kami, pengurus RIMA periode 2014/2015 :)
Doakan kami (pengurus RIMA) terus ya kak, semoga tetap istiqomah dan mudah-mudahan bisa menjadi lebih baik lagi.. 😊
BalasHapuskomen EYD. Bukan do'a melainkan doa
BalasHapusOhh, iya, makasih komennya kak..
Hapuswuihhhh.. salma udah mulai produktif nulis di blog.
BalasHapusoh ya belajar Islam ngga cukup di RIMA aja ya,,
semangat untuk RIMA yang bentar lagi 'baru'
Iya kak, in syaa Allah..
Hapus